Selasa, 28 Februari 2012

Pembelajaran Terpadu Model THREADED (Untaian)


A. Pendahuluan
Model pembelajaran terpadu sangat memperhatikan kebutuhan anak sesuai dengan perkembangannya secara holistic dengan melibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran baik fisik maupun emosinya. Untuk itu aktivitas yang diberikan meliputi aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan yang holistic, bermakna, dan otentik sehingga siswa dapat menerapkan perolehan belajar untuk memecahkan masalah-masalah yang nyata di dalam kehidupan sehari-hari.
Integrated atau terpadu bisa mengacu pada integrated curricula (kurikulum terpadu) atau integrated approach (pendekatan terpadu) atau integrated learning (pembelajaran terpadu). Seperti ditegaskan Prabowo (2000:1) bahwa “Pembelajaran terpadu adalah suatu proses pembelajaran dengan melibatkan/ mengaitkan berbagai bidang studi”.
Pembelajaran terpadu merupakan suatu aplikasi salah satu strategi pembelajaran berdasarkan pendekatan yang bertujuan untuk menciptakan atau membuat proses pembelajaran secara relevan dan bermakna bagi anak. Selanjutnya pembelajaran terpadu dalam pelaksanaannya anak dapat diajak berpartisipasi aktif dalam mengekplorasi topic atau kejadian, siswa belajar proses dan isi (materi) lebih dari satu bidang studi pada waktu yang sama.
Pelaksanaan pembelajaran terpadu dimaksudkan agar bahan ajar tidak digunakan secara terpisah-pisah, tetapi merupakan satu kesatuan bahan yang utuh dan cara belajar yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan siswa. Oleh karenanya pembelajaran terpadu menurut Prabowo (2000:2) mempunyai beberapa ciri: berpusat pada anak, proses pembelajaran mengutamakan pemberian pengalaman langsung, serta pemisahan antar bidang studi tidak terlihat jelas. Disamping itu pembelajaran terpadu menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam satu proses pembelajaran. Selain mempunyai sifat yang luwes, pembelajaran terpadu memberikan hasil yang dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
Terdapat 10 model pembelajaran terpadu menurut Robin Fogarty (1991:xv) yang dijelaskan diantaranya: model Fragmented (fragmen),  model Connected (terhubung), model Nested (tersarang), model Sequenced (terurut), model Shared (terbagi), model Webbed (jaring laba-laba), model Threaded (untaian), model Integrated (integrasi), model Immersed (terbenam), model Networked (jaringan). Selanjutnya dalam pembahasan ini difokuskan pada salah satu model pembelajaran terpadu yakni model Threaded (untaian).

B. Konsep Pembelajaran Terpadu Model Threaded
1.  Pengertian Model Threaded
Ketrampilan berpikir (thinking skills), ketrampilan sosial (social skills), ketrampilan belajar, grafis organizer, teknologi, dan kecerdasan ganda (multiple intelligence skills) yang terdapat dalam semua disiplin ilmu dapat dilakukan dengan pendekatan untaian. Model Threaded adalah model bersambungan atau model integrasi yang memfokus pada metakurikulum yang merupakan jantung dari semua pokok bahasan. Misalnya, perkiraan (prediction) adalah suatu ketrampilan yang digunakan untuk memperkirakan sesuatu yang ada pada bidang ilmu matematika, memperkirakan peristiwa masa sekarang, atau mengantisipasi peristiwa yang ada dalam sebuah novel, dan proses membuat berbagai macam dugaan di laboratorium IPA. Strategi mencari kesepakatan juga digunakan untuk menyelesaikan konflik dalam segala situasi permasalahan. Ketrampilan ini pada intinya akan dihubungkan melalui isi standar kurikulum yang ada.
Dengan menggunakan ide yang ada dalam metakurikulum dapat ditargetkan serangkaian ketrampilan berpikir tertentu untuk memasukkan prioritas isi pembelajaran yang ada. Misalnya dengan akan menggunakan kurikulum berkelompok (cluster curriculum), pengajar (tim) mungkin akan memilih kelompok ketrampilan analysis untuk memasukkan esensi ketrampilan berpikir dari masing-masing kemampuan yang ada: IPA (pengelompokkan/classify), IPS (perbandingan dan pembedaan/ compare and contrast), bahasa dan seni (menunjukkan/attribute), matematika (mengurutkan/sequence). Demikian juga ketrampilan social (social skills) dan kecerdasan ganda (multiple intelligence) lainnya akan disambungkan melalui berbagai macam disiplin ilmu.
Dalam model Threaded, ketrampilan berpikir atau ketrampilan sosial akan digiring kearah bagian isi, dan guru akan memberikan beberapa pertanyaan: “Bagaimana menurutmu hal itu?”, “Ketrampilan berpikir yang bagaimanakah yang menurut anda paling berguna?”, “Seberapa baikkah kerja kelompokmu hari ini?“, “Sudahkan kamu menggunakan kemampuan bakat musikmu hari ini?”. Beberapa pertanyaan biasanya sangat berlawanan dengan pertanyaann kognitif lainnya seperti, “Jawaban apa yang anda dapatkan?”, dan “Berapa banyak yang setuju?” (Kadangkala beberapa pertanyaan tadi layaknya pertanyaan begitu saja diajukan ke anak-anak dan seolah guru sedang “membuang waktu”. Maka siswapun akan mengatakan: “Baiklah, sesungguhnya apa yang harus kami lakukan?”).

2.  Kelebihan Model Threaded
Manfaat dari model Threaded ini akan berjalan seiring dengan manfaat adanya metakurikulum. Metakurikulum adalah semacam kesadaran dan kontrol atas ketrampilan dan strategi pemikiran, serta pembelajaran yang melebihi bahan pembahasan. Para guru akan lebih menekankan pada aspek perilaku metakognitif sehingga siswa akan belajar bagaimana seharusnya mereka belajar. Dengan membuat siswa sadar akan proses pembelajaran yang mereka lakukan maka transfer masa depan akan mudah dilakukan. Yang paling utama untuk diingat bahwa model integrasi yang ada tak akan berdiri sendiri sebagai satu disiplin ilmu murni, tetapi siswa akan belajar mendapatkan manfaat dari jenis pemikiran hebat yang intinya adalah pemindahan ketrampilan hidup.

3.  Kekurangan Model Threaded
Kekurangan atau kelemahan model Threaded ini masih diperlukan adanya tambahan kurikulum “lainnya”. Hubungan isi atau makna dalam lintas bidang studi sama sekali tak ditujukan dengan jelas/gamblang. Permukaan metakurikulum tetapi mata pelajaran tetap statis. Hubungan antara dan diantara berbagai pokok kajian materi sama sekali tidak ditekankan. Juga, dalam rangka menyusupkan metakurikulum melalui isi, semua guru memerlukan suatu pemahaman ketrampilan dan strateginya.

4.  Ketepatan Penerapan Model Threaded
Model ini sangat sesuai jika digunakan sebagai salah satu alternatif untuk menuju penyatuan pokok bahasan. Oleh karena model Threaded ini merupakan model yang utama digunakan oleh guru jika ingin memasukkan pemikiran, kerjasama, dan berbagai macam kecerdasan dalam isi pembelajaran.

5.  Langkah-langkah Pembelajaran Terpadu Model Threaded
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam menyusun langkah-langkah pembelajaran terpadu model Threaded yakni :
1.      Menetapkan keterampilan yang diuntaikan dalam pembelajaran ketrampilan
2.      Memilih mata pelajaran yang cocok untuk dipadukan dengan model ini
3.      Mencocokkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang dapat diuntaikan
4.      Merumuskan indikator pembelajaran secara terpadu
5.   Menetapkan ketrampilan berpikir yang akan diuntaikan
 
6.  Ikhtisar Meta Kurikulum
a.  Ikhtisar Ketrampilan Berpikir (Thinking Skills)

Untaian kurikulum ketrampilan bepikir
(the cluster curriculum of thinking skills)
Untaian ketrampilan berpikir kritis (critical thinking skill clusters)
Untaian ketrampilan berpikir kreatif
(creative thinking skills cluster)
Untaian penunjukan (attribute cluster)
1.       Penggolongan (classifying)
2.       Pengurutan (sequencing)
3.       Membandingkan dan membedakan (comparing & contrasting)
Ø  Menunjukkan (attributing)
Untaian tanggapan (perception cluster)
1.       Penemuan (inventing)
2.       Prakiraan/meramalkan (predicting)
3.       Hipotesa (hypothesizing)
Ø  Merenungkan (imaging)
Untaian urutan (sequence cluster)
1.       Memprioritaskan (prioritizing)
2.       Menemukan sebab akibat (finding cause & effect)
3.       Menarik kesimpulan (drawing conclusions)
Ø  Mengurutkan (sequencing)
Untaian kesimpulan (inference cluster)
1.       Prakiraan/meramalkan (predicting)
2.       Hipotesa (hypothesizing)
3.       Memberlakukan secara umum (generalizing)
Ø  Menyimpulkan/menduga (inferring)
Untaian analisa (analysis cluster)
1.       Menganalisa kesalahan (analyzing for bias)
2.       Menganalisa asumsi/pendapat (analyzing for assumption)
3.       Menarik kesimpulan (drawing conclusions)
Ø  menganalisa (analyzing)
Untaian pemecahan masalah (problem solving cluster)
1.       Menyimpulkan/menduga (inferring)
2.       Membuat analogi (making analogies)
3.       Berhadapan dengan kerancuan dan gejala (dealing with ambiguity and paradox)
Ø  Pemecahan masalah (problem solving)
Untaian evaluasi (evaluating cluster)
1.       Menganalisa asumsi/pendapat (analyzing for assumption)
2.       Menganalisa kesalahan (analyzing for bias)
3.       Analogi pemecahan (solving analogies)
4.       Membuat keputusan (decision making)
Ø  Mengevaluasi (evaluating)
Untaian pengungkapan (brainstorm cluster)
1.       Perwujudkan (personifying)
2.       Penemuan (inventing)
3.       Visualisasi (visualizing)
4.       Menghubungkan (associating)
Ø  Pengungkapan pendapat (brainstorming)
Ø  Pemecahan masalah (problem solving)
Ø  Pengambilan keputusan (decision making)
Ø  Ide kreatif (creative ideation)
Untaian Ketrampilan evaluatif dan analitis (analytical and evaluative skill cluster)
Untaian Ketrampilan produktif dan generatif (generative and productive skill cluster)

Seimbangkan aneka pilihanmu dari  keduanya yang kritis dan  pemikiran kreatif, memilih suatu ketrampilan mikro, suatu kumpulan ketrampilan, atau dua kumpulan yang akan bekerja bersama sebagai departemen atau tingkatan nilai/kelas untuk unit, semester, atau tahun

b.  Ikhtisar Ketrampilan Sosial (Social Skills)
Memilih ketrampilan sosial yang tepat ke target sebagai tingkatan nilai/kelas, departemen, atau kelompok antar cabang ilmu pengetahuan.


IKHTISAR KETRAMPILAN SOSIAL
TAHAPAN
KETRAMPILAN SOSIAL
Komunikasi ( C), Kepercayaan ( T), Kepemimpinan ( L), Resolusi Konflik ( CR)
Pembentukan
untuk mengorganisir kelom-pok dan menetapkan petun-juk perilaku

Menggunakan suara (C)             Memimpin bersama-sama (C)
Mendengarkan tetangga (C)       Melakukan pekerjaannya (L)
Tinggal dengan kelompok (C)    Tolong menolong (L)
Norma
untuk melengkapi yang di-tugaskan dan membangun hubungan yang efektif

Meliputi semua anggota (L)        Semua berkesempatan partisipasi (L)
Mendorong orang lain (L)           Menghargai pendapat orang lain (T)
Mendengar dengan focus (T)      Tetap pada tugas (L)
Penyelarasan
untuk mempromosikan pe-mikiran kritis dan memak-simalkan semua mata pe-lajaran

Memperjelas (C)                          Memeriksa perbedaan (CR)
Menafsirkan gagasan (C)             Menghasilkan alternatif (CR)
Memberikan contoh (C)               Mencari kesepakatan (CR)
Pendapat
untuk berfungsi secara efektif dan memungkinkan pekerjaan secara beregu

Nada perasaan (C)                        Melihat poin semua pandangan(CR)
Menyetujui gagasan orang (CR)  Mencoba untuk setuju (CR)
Membuka pikiran (T)                   Mendukung gagasannya (L)
Melakukan
untuk membantu perkem-bangan ke tingkat yang le-bih tinggi tentang ketram-pilan berpikir, kreativitas, dan intuisi

Menguraikan gagasan (C)            Meluaskan gagasan (C)
Mengintegrasikan gagasan (L)     Menyatukan bentuk (L)
Membenarkan gagasan (CR)        Jangkauan kesepakatan (CR)
Perbaikan ulang
untuk menerapkan ke lain kurikulum dan memindah-kan ke dalam kehidupan di luar kelas
Mulai siklus dari setiap kali ketrampilan sosial :
Ø  Dibentuk kelompok baru
Ø  Anggota baru bergabung dengan kelompok
Ø  Anggota tidak ada dari kelompok
Ø  Tugas baru diberikan
Ø  Merindukan terjadinya ketidakhadiran

c.  Ikhtisar Ketrampilan Kecerdasan Ganda (Multiple Intelligence Skills)
Pilih salah satu atau satu kelompok kecerdasan untuk memusatkan pada suatu unit studi atau pelajaran tunggal.

Sembilan Jalan Mengetahui Kecerdasan Ganda
Penjelasan
Kecerdasan Linguistik
kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata-kata secara efektif baik secara oral maupun tertulis seperti dimiliki para pencipta puisi, editor, jurnalis, dramawan, sastrawan, pemain sandiwara, orator, yang berkaitan dengan penggunaan dan pengembangan bahasa secara umum.
Kecerdasan Matematis-Logis
kemampuan yang lebih berkaitan dengan penggunaan bilangan dan logika secara efektif dimiliki matematikus, saintis, programmer, dan logikus, termasuk di dalamnya adalah kepekaan pada pola logika, abstraksi, kategorisasi, dan perhitungan.
Kecerdasan
Ruang Visual
kemampuan menangkap dunia ruang-visual secara tepat, dipunyai para pemburu, arsitek, navigator, dan decorator, termasuk kemampuan mengenal bentuk dan benda secara tepat, melakukan perubahan suatu benda dalam pikiran dan mengenali perubahan itu, menggambarkan suatu hal dalam pikiran dan mengubahnya dalam bentuk nyata serta mengungkapkan dalam suatu grafik, suatu keseimbangan relasi,warna, garis, bentuk dan ruang.
Kecerdasan Kinestetik-Badani
kemampuan menggunakan tubuh atau gerak tubuh untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan seperti pada actor, atlet, penari, pemahat, dan ahli bedah, termasuk ketrampilan koordinasi dan fleksibilitas tubuh.
Kecerdasan
 Musikal
kemampuan untuk mengembangkan, mengekpresikan, dan menikmati bentuk-bentuk musik dan suara, termasuk kepekaan akan ritme, melodi, dan intonasi, kemampuan menyanyi, kemampuan mencipta lagu, kemampuan menikmati lagu, musik dan nyanyian.
Kecerdasan Interpersonal
kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan untuk bertindak secara adaptatif berdasar pengenalan diri itu, termasuk kemampuan berefleksi dan keseimbangan diri, kesadaran akan gagasan yang tinggi, mampu ambil keputusan pribadi, sadar akan tujuan hidup, dapat mengatur perasaan sehingga terlihat tenang.
Kecerdasan Intrapersonal
kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan untuk bertindak secara adaptatif berdasar pengenalan diri itu, termasuk kemampuan berefleksi dan keseimbangan diri, kesadaran akan gagasan yang tinggi, mampu ambil keputusan pribadi, sadar akan tujuan hidup, dapat mengatur perasaan sehingga terlihat tenang.
Kecerdasan Lingkungan
kemampuan untuk dapat mengerti flora dan fauna dengan baik, dapat membuat distingsi konsekuensial lain dalam alam natural, kemampuan untuk memahami dan menikmati alam dan menggunakan kemampuan itu secaraproduktif dalam berburu, bertani, dan mengembangkan pengetahuan akan alam.
Kecerdasan Eksistensial
menyangkut kemampuan dan kepekaan seseorang untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam eksistensi atau keberadaan manusia. Orang yang tidak puas hanya menerima keadaan, keberadaannya secara otomatis, tetapi mencoba menyadari dan mencari jawaban terdalam.

C.   Daftar Pustaka
Depdiknas. 2006. Model Penilaian Kelas: Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD/ MI. Jakarta: Puskur Depdiknas.
Fogarty, Robin. 1991. How To Integrate The Curricula. Illinois: IRI/Skylight Publishing, Inc.
Lie, Anita.1999. Metode Pembelajaran Gotong Royong.Surabaya: Citra Media
Mulyasa, Enco. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Sebuah Panduan Praktis). Bandung: Remaja Rosdakarya, PT.
Prabowo. 2000. Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Terpadu dalam Menghadapi Perkembangan IPTEK Millenium III. Makalah disampaikan pada seminar lokakarya Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Surabaya bekerjasama dengan Himpunan Fisika Indonesia (HFI).
Radjiman. 2007. Keragaman Bangsaku ( Pendidikan Kewarganegaraan untuk SD Kelas 2. Jakarta: Ganeca Exact.
Sunarto. Rachmat. 2007. Sains Sahabatku (Pelajaran IPA untuk SD Kelas 2). Jakarta: Ganeca Exact.
Suparno, Paul. 2004. Teori Inteligensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius.
Sutrisno. Purwanto. 2007. Bersahabat dengan Lingkungan Sosialku (Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD Kelas 2). Jakarta: Ganeca Exact.
Taufik, Imam dkk. 2007. Cinta Bahasa Kita (Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Kelas 2). Jakarta: Ganeca Exact.
 

Senin, 27 Februari 2012

Analisis Hasil Penelitian Tentang Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar (Abstrak)


Pada kurikulum sekolah dasar terdapat mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang diberikan pada kelas IV, V, dan VI. Sesuai dengan kurikulum, tujuan mata pelajaran IPS adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, dan nilai agar mereka menjadi warganegara yang berpartisipasi aktif dalam masyarakat yang demokratis. Pelajaran IPS diharapkan mampu mengembangkan kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan interpersonal pada siswa, sehingga bisa berpartisipasi secara aktif dalam kehidupan bermasyarakat secara demokratis. 
Kecerdasan intrapersonal merupakan pengetahuan aspek-aspek internal dari seseorang meliputi akses tanggung jawab, mengendalikan emosi, sehingga mempunyai model hidup yang efektif. Kecerdasan interpersonal dibangun atas kemampuan untuk mengenali perbedaan orang lain seperti suasana hati, temperamen, motivasi, dan kehendak orang lain, yang memungkinkan seseorang mempunyai keterampilan membaca kehendak dan keinginan orang lain. Bertolak dari kenyataan bahwa pelajaran IPS diberikan sejak kelas IV sampai kelas VI, maka siswa kelas VI akan memiliki kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan interpersonal lebih baik dibandingkan dengan siswa kelas IV.
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab rumusan masalah yaitu bagaimana kecenderungan perkembangan kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan interpersonal ditinjau dari lama belajar IPS.
Penelitian ini bersifat ex post facto yakni penelitian yang dilakukan tanpa adanya pengendalian atau manipulasi pada variabel-variabel karena telah terjadi sebelumnya. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pelajaran IPS kelas IV, V, VI serta variabel terikat adalah peningkatan kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan interpersonal kelas IV, V, VI. Penelitian dilakukan di sekolah dasar di wilayah kecamatan Jombang yakni di SDN Jabon I, SDN Jombatan IV, SDN Jombatan V, SDN Jombatan VI, dan SDN Kaliwungu II dengan subyek siswa kelas IV, V, dan VI yang seluruhnya berjumlah 409 siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan skor rata-rata yang dicapai menurun, baik dari kecerdasan intrapernal maupun interpersonal siswa ditinjau dari lama belajar IPS. Penurunan skor rata-rata dimulai dari kelas IV lalu kelas V, kemudian terendah kelas VI. Penurunan skor tersebut menggambarkan menurunnya kualitas perkembangan kecerdasan intrapersonal dan interpersonal siswa.